Pengertian Umum Intrinsik Novel Dan Unsur-Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik artinya unsur pembuat yang terdapat dalam atau yang ada dalam sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik novel yaitu unsur dari luar novel tersebut. Di dalam sebuah novel terdapat unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Berikut pengertian unsur intrinsik dan ekstrinsik novel.
Dalam Pengertian Unsur Intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra ibarat unsur-unsur yang ada dalam unsur-unsur intrinsik, 
Intrinsik terdiri atas Unsur-Unsur seperti Alur, Tema, Penokohan, Sudut Pandang, Latar, Amanat, Dalam pengertian unsur-unsur intrinsik dan Penjelasan dari seluruh unsur-unsur intrinsik tersebut, Unsur-unsur Intrinsik dipakai untuk menganalisis novel-novel  agar lebih mudahkan kita dalam menganalisis novel tersebut, Apa lagi novel yang sangat tebal butuh waktu usang sehingga perlunya unsur-unsur intrinsik, Jika Unsur Intrinsik ada, Unsur Ekstrinsik pun juga ada. 
Untuk mengetahui klarifikasi dari unsur-unsur intrinsik mari kita lihat penjelasannya ibarat dibawah ini.

Unsur-Unsur Intrinsik Novel 

Berikut ini klarifikasi mengenai unsur-unsur intrinsik novel.
a. Alur (Plot)
Alur. Kita ketahui bersama bahwa alur merupakan rangkaian cerita, atau bagaimana garis besar jalan dongeng sebuah novel. Ada alur mundur, alur maju dan banyak sekali jenis alur lainnya. Jika alur mundur biasanya dongeng diawali dengan keadaan pada ketika ini, kemudian berkisah ke masa lalu, dan disanalah dongeng novel yang sesungguhnya terjadi.dari tahapan-tahapan insiden yang terjadi inilah yang membentuk bangkit sebuah cerita
Alur merupakan teladan pengembangan dongeng yang terbentuk oleh relasi sebab-akibat. Intisari alur ada pada permasalahan cerita. akan tetapi, suatu permasalahan dalam novel tak bisa dipaparkan begitu saja; jadi harus ada dasarnya. Oleh lantaran itu, alur terdiri atas (1) Saling mengenal , (2) munculnya konflik, (3) konflik meninggi, (4) klimaks, dan (5) menuntaskan konflik atau masalah . Di tahap saling mengenal, pengarang mulai menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokoh dongeng sebagai pendahuluan. Di belahan kedua, pengarang mulai menampilkan pertikaian yang terjadi di antara tokoh. Pertikaian ini semakin meninggi, dan puncaknya dari masalah tersebut terjadi di belahan keempat (klimaks). Setelah fase tersebut terlampaui, sampailah di belahan kelima (pemecahan masalah). Alur pun menurun menuju  ke mencari solusi dalam masalah dan penyelesaian cerita. Itulah unsur-unsur alur yang berpusat pada konflik. Dengan adanya alur ibarat di atas, pembaca dibawa ke dalam suatu keadaan yang menegangkan (suspense). Suspense inilah yang menarik pembaca untuk terus mengikuti dongeng tersebut . Dari tahap-tahap alur di atas jelaslah bahwa kekuatan sebuah novel terletak pada kemampuan pengarang membawa pembacanya menemui masalah, memuncaknya masalah, dan berakhirnya masalah. Timbulnya konflik sering berafiliasi akrab dengan unsur tabiat dan latar. Konflik dalam dongeng mungkin terjadi lantaran tabiat seorang tokoh yang menjadikan dilema bagi tokoh lain atau lingkungannya.
b. Tema
Tema. Tema merupakan inti dari sebuah novel, tema berarti merupakan pandangan, hal umum yang hendak dibawa atau diangkat pada novel tersebut. Tema sangat berbeda dengan judul, judul merupakan belahan dari tema. Misalnya saja akan membuat novel dengan tema kesehatan, maka judulnya harus mengarah ke hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, atau tema kehidupan, maka judulnya harus berafiliasi dengan hal tersebut. Selain itu tema juga merupakan sudut padang penulis terhadap suatu permasalahan, dan permasalahan tersebut harus dijawab dalam novel tersebut.
Tema yaitu inti atau wangsit pokok dalam cerita. Tema merupakan awal  tolak pengarang dalam memberikan cerita. Tema suatu novel menyangkut segala dilema dalam kehidupan manusia, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, dan sebagainya.
c. Penokohan
Tokoh. Hal in tentu merupakan yang paling penting, lantaran pada novel niscaya menampilkan tokoh-tokoh tertentu, ada tokoh utama, tokoh pembantu, dan figuran. Tokoh disini merupakan pemeran yang membawa dongeng tersebut, selain itu cara penulis untuk menentukan tokoh ialah penokohan
Penokohan yaitu cara pengarang menggambarkan dan menyebarkan abjad tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan abjad seorang tokoh, pengarang sanggup juga menyebutkannya langsung, contohnya si A itu penyabar, si B itu murah hati. Penjelasan abjad tokoh sanggup pula melalui citra fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara bicaranya, jalan pikirannya, ataupun melalui penggambaran oleh tokoh lain.
d. Sudut Pandang (point of view)
Sudut pandang. Merupakan cara pembawaan atau bagaimana penulis membawakan atau menampilkan tokoh pada novel tersebut menurut dongeng yang dipaparkan. Misalkan mengambil sudut pandang tokoh utama, biasanya memakai kata “aku” dll.
Sudut pandang yaitu posisi pengarang atau narator dalam membawakan dongeng tersebut. Posisi pengarang dalam memberikan dongeng ada beberapa macam: .Narator serbatahu adalah narator bertindak sebagai pencipta segalanya yang serbatahu. ia tahu segalanya. Ia sanggup membuat segala hal yang diinginkannya. Ia sanggup mengeluarkan dan memasukkan para tokoh. Ia sanggup mengemukakan perasaan, kesadaran, ataupun jalan pikiran para tokoh cerita. Pengarang sanggup mengomentari kelakuan para tokoh-tokoh dalam cerita, bahkan juga sanggup berbicara eksklusif dengan pembacanya.. Narator objektif adalah pengarang tak memberi komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi “hasil pandangan mata”. Pengarangnya menceritakan apa yang terjadi ibarat penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dalam kenyataannya, orang memang hanya sanggup melihat apa yang yang dilakukan orang lain. Dengan melihat kelakukan orang lain tersebut, juga boleh menilai kehidupan kejiwaannya, kepribadiannya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita nilai dan perbuatan mereka. Dalam hal ini, jelaslah bahwa pembaca sangat diperlukan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.Narator aktif adalah Narator juga pemeran yang terlibat dalam dongeng tersebut yang terkadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara thi tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, kami). Dengan posisi yang demikian, narator hanya boleh melihat dan mendengar apa yang orang biasa lihat atau dengar. Selanjutnya narator mencatat ihwal apa yang dikatakan atau dilakukan tokoh lain dalam suatu jarak penglihatan dan pendengaran.Narator tidak sanggup membaca pikiran tokoh lain kecuali hanya menafsirkan dari tingkah laris fisiknya. Narator juga tidak sanggup melompati jarak yang besar. Hal-hal yang bersifat psikologis sanggup dikisahkan kalau menyangkut dirinya sendiri. Narator sebagai peninjau adalah pengarang menentukan salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian yang ada pada dongeng lakukan bersama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita ihwal pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara itu, terhadap tokoh-tokoh lain, ia hanya boleh memberikan tentang, kita sesuai apa yang ia lihat. Jadi, teknik ini merupakan berupa penuturan pengalaman seseorang. Dalam beberapa hal, teknik ini sesungguhnya hampir sama dengan teknik orang pertama, tetapi teknik ini lebih bebas dan fleksibel dalam bercerita.
e. Latar
Latar. Latar ini sendiri terdiri dari latar daerah dan latar waktu. Latar juga ada yang bersifat fisik yang berkaitan dengan daerah atau atau wilayah dimana dongeng novel itu berjalan. Selain itu ada juga latar psikologis, hal ini berkaitan dengan lingkungan, benda yang bisa mengarahkan emosi sang pembaca
Latar (setting) merupakan tempat, waktu, dan suasana teijadinya perbuatan tokoh atau insiden yang dialami tokoh. Dalam cerpen, novel, ataupun bentuk prosa lainnya, terkadang biasanya tidak disebutkan secara terang latar perbuatan tokoh itu. Misalnya, di tepi hutan, di sebuah desa, pada suatu
waktu, pada zaman dahulu, di kala senja.
f. Amanat
Amanat. Merupakan pesan yang ingin disampaikan pada novel tersebut, amanat sangat penting, hal ini semoga membawa bekas dan kesan dan pesan pada pembaca, bahwa pada hasilnya pembaca mendapat inti atau pesan yang tersirat sehabis membaca novel tersebut,
Amanat merupakan pemikiran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui Karya yang diciptakan itu. Tidak terlalu berbeda dengan bentuk dongeng yang Iainnya, amanat dalam novel akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh lantaran itu, untuk mendapatkannya, tidak cukup hanya membaca dua atau tiga paragraf, melainkan membaca dongeng tersebut hingga tuntas. 

Unsur-Unsur Ekstrinsik Novel

  1. Sejarah/Biodata Pengarang biasanya sejarah/biografi pengarang besar lengan berkuasa pada jalan dongeng di novelnya.
  2. Situasi dan Kondisi secara eksklusif maupun tidak langsung, situasi dan kondisi akan besar lengan berkuasa kepada hasil karya tersebut
  3. Nilai-nilai dalam dongeng Dalam sebuah karya sastra terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh    pengarang. Nilai-nilai itu antara lain : 


  • Nilai Moral, merupakan nilai yang berkaitan dengan ahklak atau kecerdikan pekerti baik buruk
  • Nilai Sosial, merupakan hal-hal yang berkaitan dengan norma –norma dalam kehidupan masyarakat ( contonya, saling memberi, menolong, dan empati )
  • Nilai Budaya, merupakan konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan insan ( contonya sopan santun istiadat ,kesenian, kepercayaan, upacara sopan santun )
  • Nilai Estetika , merupakan nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra ( contonya ihwal bahasa, alur, tema ).

Sekian artike tentang Pengertian dan Unsur-Unsur Intrinsik Novel semoga bermanfaat
(Sumber : Cerdas Berbahasa Indonesia, 56-58, Penerbit : Erlangga. 2006. Jakarta, Penulis : Engkos Kosasih)

0 Comments

Post a Comment