Pengertian Dan Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut kekerabatan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial yakni suatu interaksi atau kekerabatan timbal balik atau saling mensugesti antar insan yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara bekerjasama yang sanggup dilihat kalau individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk kekerabatan sosial.
 Pengertian Interaksi Sosial berdasarkan beberapa hebat sanggup disimpulkan bahwa, interaksi yakni kekerabatan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan tugas secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi kekerabatan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Interaksi sosial sanggup terjadinya karna adanya faktor-faktor yang mendorong sehinga memunculkan proses terjadinya terjadinya interaksi sosial. Faktor-faktor interaksi sosial terjadi dalam dua faktor yakni faktor dari dalam diri seseorang atau faktor dari individu itu sendiri dan Faktor dari luar individu atau dari luar orang tersebut. dari kedua faktor-faktor tersebut terdapat aneka macam dorongan-dorongan yang membuat hal-hal dalam interaksi sanggup terjadi sanggup bekerjasama dengan yang lain menyerupai dalam pengertian interaksi sosial sehingga kedua faktor terjadinya interaksi sosial sangat mempunyai tugas penting dalam terjadinya interaksi sosial. Untuk mengetahui klarifikasi dari kedua faktor, faktor dari dalam diri seseorang dan faktor dari luar individu atau eksternal, mari kita lihat penjelasannya menyerupai dibawah ini.


Faktor-Faktor Interaksi Sosial 
A. Faktor dari Dalam diri Seseorang
Faktor yang ada dalam diri seseorang yang sanggup mendorong terjadinya interaksi sosial adalah:

  • a. Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
  • Pada hakekatnya, insan yakni makhluk pribadi dan sekaligus mahluk sosial. Sebagai makhluk sosial, insan mempunyai kecenderungan untuk bergaul dengan sesama manusia. Bahkan menurut Howard Gardner, setiap insan mempunyai potensi kecerdasan antarpribadi, yaitu kecerdasan dalam mengelola kekerabatan dengan orang lain. Oleh lantaran itu, masuk akal apabila setiap orang mempunyai kecenderungan besar lengan berkuasa untuk berinteraksi dengan orang lain. Di lain pihak, potensi kemanusiaan seseorang juga hanya akan berkembang melalui interaksi sosial.
  • b. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
  • Dalam kehidupan sehari-hari, insan menyadari bahwa banyak hal dalam hidupnya yang tergantung pada orang lain. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan, setiap orang memerlukan orang lain. Kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, diterima, dihargai, dan lain sebagainya terperinci memerlukan orang lain sebagai sumber pemenuhannya. OIeh lantaran itulah, insan mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam upaya memenuhi kebutuhan dirinya. Lebih dan itu, ada kebutuhan-kebutuhan insan yang hanya sanggup dipenuhi secara bahu-membahu atau yang hanya sanggup dipenuhi dengan gampang kalau diusahakan bersama-sama. Misalnya, membuat keamanan dan kenyamanan, memperoleh keturunan penerus umat insan hingga mencapai kebahagiaan. Manusia membutuhkan orang lain untuk mewujudkannya. Oleh lantaran itu, insan membuatkan pola-pola interaksi sosial ke dalam pranata dan struktur sosial. Di dalam masyarakat yang berstruktur itu, insan melangsungkan hidup dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
  • c. Dorongan untuk membuatkan diri dan mempengaruhi orang lain 
  • Manusia juga mempunyai potensi dan kehendak untuk membuatkan diri sendiri dan sesamanya. Upaya pengembangan pribadi tersebut antara lain dilakukan dengan melaksanakan imitasi dan identifikasi. Dalam rangka imitasi dan identifikasi itulah seseorang didorong untuk melaksanakan interaksi sosial. Imitasi yakni tindakan seseorang menjiplak sikap, penampilan, gaya hidup, dan bahkan segala sesuatu yang dimiliki orang lain. Misalnya, imitasi seorang remaja terhadap artis idolanya. Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial dan sanggup berdampak kasatmata maupun negatif. Jika yang ditiru yakni orang-orang yang berperilaku baik atau sesuai dengan kehendak masyarakat, maka dampaknya akan positif. Jika yang ditiru yakni individu yang berperilaku jelek atau bertentangan dengan yang dituntut masyarakat, maka dampaknya bisa negatif pula. Imitasi sanggup mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, namun juga sanggup menjadikan terjadinya penyimpangan terhadap nilai dan norma masyarakat. Hal itu ditentukan oleh figur yang diimitasi oleh seseorang. Imitasi juga sanggup melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang. Identifikasi yakni perjuangan seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, jadi lebih dan sekedar menjiplak seseorang. Dalam identifikasi terjadi proses pembentukan kepribadian. Proses identifikasi sanggup berlangsung baik dengan sendirinya atau tak disadari, maupun dengan disengaja. Seseorang yang mengidentifikasi dirinya dengan satu figur tertentu benar-benar mengenal figur yang menjadi idolanya itu. Pandangan, sikap, dan norma yang dianut figur itu akan menjiwai orang yang mengidentifikasikan diri itu. Identifikasi menjadikan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi. Selain membuatkan diri sendiri, insan juga mempunyai kepedulian terhadap orang lain. Oleh lantaran itu, seseorang mungkin memperlihatkan sugesti, motivasi, dan simpati kepada orang lain. Sugesti yakni pandangan atau imbas yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehingga orang lain itu menuruti isi pandangan atau imbas tersebut. Sugesti lazimnya berkonotasi negatif lantaran bisa mendorong orang untuk bertindak secara emosional dan tak rasional. Motivasi yakni pandangan atau imbas yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehingga orang lain itu menuruti isi pandangan atau imbas tersebut secara kritis dan bertanggungjawab. Dengan demikian, motivasi lebih berkonotasi positif. Simpati yakni perasaan tertarik kepada pihak lain yang mendorong impian untuk memahami dan bekerja dengan pihak lain.
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
Proses interaksi sosial biasanya didasari oleh beberapa faktor, menyerupai sugesti, imitasi, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.
  • Imitasi, yakni tindakan sosial menjiplak sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. sebagai suatu proses, adakalanya imitasi berdampak kasatmata apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik berdasarkan pandangan umum masyarakat. Akan tetapi, imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum masyarakat. pola : seorang siswa menjiplak penampilan artis terkenal, menyerupai rambut gondrong, menggunakan anting, dan kalung secara berlebihan. Tindakan menyerupai itu akan mengundang reaksi dari lingkungan sosial yang menilai penampilan itu sebagai urakan atau tidak sopan.
  • Sugesti, yakni pinjaman imbas atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti imbas atau pandangan itu dan akan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya diperoleh dari orang-orang yang berwibawa dan mempunyai imbas besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti sanggup pula berasal dari kelompok lebih banyak didominasi terhadap kelompok minoritas, ataupun orang remaja terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang. sebagai pola Pimpinan partai politik melaksanakan kampanye di hadapan pendukungnya supaya menentukan partai politiknya. Tindakan itu dilakukan untuk meyakinkan dan memengaruhi orang banyak supaya mengikuti partainya.
  • Identifikasi, yakni kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola ( kata idol berarti sosok yang dipuja ). Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat. Misalnya, seorang remaja mengidentifikasikan dirinya dengan seorang penyanyi populer yang ia kagumi. Lalu, ia akan berusaha mengubah penampilan dirinya supaya sama dengan penyanyi idolanya, mulai dari model rambut, pakaian, gaya bicara, bahkan hingga masakan kesukaan. Pada umumnya, proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang. Namun, yang niscaya sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal, entah eksklusif (bertemu, berbicara) ataupun tidak eksklusif (melalui media informasi).
  • Simpati, yakni suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain untuk memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya. Dibandingkan ketiga faktor interaksi sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui proses yang relatif lambat.Namun, imbas simpati lebih mendalam dan tahan lama. Agar simpati sanggup berlangsung, diharapkan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya, simpati menjadi dasar kekerabatan persahabatan.
  • Motivasi, merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi sanggup diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu. Wujud motivasi sanggup berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Penghargaan berupa kebanggaan guru kepada siswa berprestasi tinggi merupakan motivasi bagi siswa untuk berguru lebih ulet lagi. Motivasi diberikan oleh orang-orang yang kedudukan atau statusnya lebih tinggi dan berwibawa. Mereka mempunyai unsur-unsur keteladanan dan panutan masyarakat. contohnya : seorang ayah yang baik dan bijaksana, serta memperlihatkan kasih sayangnya kepada anak dan istrinya yakni tokoh yang patut disegani bagi seluruh anggota keluarganya. apa yang dilakukan ayah akan menjadi motivasi bagi keluarganya untuk berbuat dan berperilaku sebaik ayahnya. pola lain seorang kepala kawasan yang berwibawa penuh kharisma menjalankan pemerintahan didaerahnya melalui serangkaian proses sosial untuk memotivasi warga supaya berperan aktif dalam membangun kawasan yang lebih sejahtera.
  • Empati, yakni proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain. Baik suka maupun duka. Contohnya, kalau kita melihat orang mendapat petaka hingga luka berat, seperti kita ikut menderita. kita tidak hanya merasa kasihan terhadap orang yang terkena petaka itu tetapi juga ikut mencicipi penderitaannya. Demikian juga, kalau seorang teman akrab kita ada yang meninggal dunia, kita merasa kehilangan seperti saudara kita sendiri yang meninggal dunia
B. Faktor dari Luar Individu
Di samping dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri, interaksi sosial juga dirangsang oleh hal yang ada di luar diri seseorang. Tindakan orang lain, sikap membisu orang lain, atau kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitar kehidupan seseorang merupakan hal-hal yang sanggup merangsang timbulnya interaksi sosial. Karena disapa orang lain, maka kita terlibat interaksi dengan orang tersebut. Karena ingin tau atas sikap membisu orang yang kita kenal, maka kita terdorong untuk bertanya dan mencari tahu masalahnya sehingga terjadi interaksi sosial. Karena ingin mengetahui apa sebab-sebab sebuah kecelakaan lalu-lintas, kita bertanya kepada orang yang ada di tempat kejadian, maka terjadilah interaksi sosial. Interaksi sosial selalu terjadi lantaran ada agresi dan reaksi di antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.


sekian artikel tentang Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial semoga bermanfaat

0 Comments

Post a Comment